Wonogiri-Pembelajaran kontekstual yang merupakan pembelajaran yang menekankan hubungan materi yang dipelajari dengan kondisi di kehidupan nyata yang bisa dilihat dan dianalisis oleh peserta didik tentunya sangat dibutuhkan pada masa ini. Begitu penting bagi peserta didik untuk mampu mengaplikasikan berbagai teori dalam pengetahuan agar mampu mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Senada dengan hal tersebut, ibu Camellia Nur Kartika, S.Pd. sebagai salah satu guru PIPAS di SMKN 2 Wonogiri menerapkan pembelajaran kontekstual dalam berbagai bab, dan salah satunya adalah pembuatan kompos. Bersama peserta didik, ibu Camellia mengadakan pembuatan kompos yang berbahan daun yang sering menjadi sumber dari masalah karena setiap hari mengotori area sekolah. Kompos adalah bahan-bahan organik atau bisa disebut juga sampah organik yang sudah mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antar bakteri pembusuk (mikroorganisme) yang bekerja di dalamnya.
Pengomposan pada dasarnya merupakan suatu upaya yang bertujuan mengaktifkan kegiatan mikrobia agar mampu mempercepat proses dekomposisi pada bahan organik. Yang dimaksud mikrobia disini adalah fungi, bakteri, dan jasad renik lainnya. Berbahan daun, peserta didik diajak untuk melakukan tahapan-tahapan dalam pengomposan yaitu pencampuran beberapa zat pada air, pencampuran daun-daun (sampah), penambahan larutan EM-4, sampai dengan pembuatan bakal kompos menjadi gundukan. Sampai dengan tahap tersebut, peserta didik harus menunggu beberapa waktu untuk melihat hasil pekerjaan mereka. Peserta didik sangat antusias dalam melakukan pembuatan kompos karena mereka menjadi lebih paham secara nyata, berbagai alat, bahan, dan tahapan pembuatan kompos dalam praktiknya. Dari pembelajaran kontekstual ini diharapkan peserta didik lebih mampu memahami teori dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.